(Opini) Politisi Dan Selebriti

By Admin


Ilustrasi Quotefancy

nusakini.com - "Menjadi terkenal itu mudah. Yang sulit adalah menjadi terkenal dengan tetap konsisten menjaga integritas moral".

Kita ini bangsa yang mudah marah tetapi juga mudah memaafkan. Kita mudah menghujat sekaligus mudah merangkul kembali, mudah membenci sekaligus mudah mencintai. Semoga semua itu bukan karena kita ini bangsa yang lemah karakter, melainkan sikap sinkretis yang cepat menyerap kebaikan dari manapun datangnya; sikap sinkretis yang mempercayai bahwa seburuk apapun kondisi selalu menyediakan ruang kebaikan yang terang benderang; sikap sinkretis yang bekerja keras menemukan keselarasan antar berbagai perbedaan. Semoga ini sebuah pilihan untuk mengembangkan rahmat demi rahmat di antara perbedaan pendapat. Semoga tabiat ini semata bersumber dari kelapangan hati kita mendorong setiap pelaku kesalahan untuk bersegera menghapusnya dengan lembaran baru yang lebih baik dan benar.  

Kesimpulan tentang tabiat bangsa ini setidaknya terlihat di televisi, khususnya menyangkut para selebriti dan politisi. Para pesohor itu selalu saja ada yang nyleneh. Mungkin begitulah syarat menjadi terkenal: harus aneh. Kalau sekedar aneh, pasti kita maklumi. Tapi ini perilaku yang oleh logika dan agama disebut menyimpang. Ada soal perselingkungan, tradisi mempermainkan sumpah jabatan, pelecehan terhadap kehormatan ibu kandung, penghancuran, penghinaan, klaim kebenaran, melompat sana sini pindah partai dan kubu. Semua membuat hati kecil miris dan teriris. Menurut saya, ini lebih dari sekedar cara menjual diri dengan berani menampilkan sebuah peristiwa yang beda. Ini soal melampaui batas.  

Di layar kaca itu kita tidak jemu-jemunya menyaksikan orang-orang dengan mudah menghujat artis Ana sebagai durhaka atau politisi Ina sebagai penjilat tetapi begitu di hari yang lain mereka berdua diliput sedang terlibat bakti sosial, kita segera meralat hujatan dan menegaskan keduanya sebagai ahli surga. Artis Una bahkan pernah dimaki-maki sebagai perempuan tidak bermoral karena berselingkuh dan hamil sebelum nikah, tetapi minggu berikutnya ia telah terlihat sebagai bintang iklan sebuah produk. Politisi Anu juga sempat dicap pengkhianat partai karena melompat ke partai penguasa tetapi segera dipuja-puja karena ia terlihat mendanai dan meresmikan sebuah panti asuhan. 

Ini mungkin bahasan tentang industri televisi atau bagian dari politik pencitraan dimana kita menjadi penikmat setiap adegan. Saking nikmatnya para pesohor itu sebagai tontonan, kita lupa bahwa kelakuan mereka mengaduk-aduk opini, menggiring kita ke sana sini lalu memporakporandakan tatanan nilai. Menyangkut selebriti dan politisi, kita segera mengabaikan kerangka nilai. Agama, norma, adat, semuanya tidak berdaya mengendalikan gairah kita mengamini dan mengimani mereka. 

Hati kecil tentu menolak perselingkuhan tetapi mata dan telinga tidak berdaya. Lihatlah ABG di depan panggung itu tetap histeris dan mengelu-elukan penampilan artis yang kemarin dihujat publik sebagai perusak rumah tangga. Juga kepada politisi yang rekam jejaknya penuh kepalsuan dan pura-pura, masyarakat kita tetap mempunyai kelapangan luar biasa untuk memaafkan dan memilihnya kembali di pemilu yang akan datang. 

Jadi apa arti hujatan dan respon-pespon penolakan itu? Apa arti gerakan yang menyuarakan penegakan hukum dan percepatan pembersihan bangsa dari tipu, kebohongan dan citra-citra? Mengapa pada sebuah peristiwa, para politisi selalu terpecah menjadi pendukung dan penolak? Apa berarti di wilayah ini setan kejahatan dan malaikat kebenaran tidak jelas-jelas terkategorikan? Atau sebenarnya di ranah mereka Tuhan telah tergantikan oleh kepentingan?

Demi melihat ini, saya simpulkan untuk suatu saat nanti akan coba-coba menjadi selebriti atau politisi. Modal fisik dan finansial mungkin belum memadai tapi soal ketangguhan, sepertinya cukup saya miliki, setidaknya tangguh untuk menerima hujatan dan cerca karena menangkal cerca mudah rumusnya: datang dan santuni satu dua jompo terlantar lalu namamu kembali bersinar! 

Menjadi pesohor di negeri ini tidak perlu melengkapi diri dengan baik budi. Seburuk apapun perangaimu, bangsa ini akan tetap menerimamu bila engkau adalah selebriti. Sebusuk apapun kelakuanmu, bangsa ini mempunyai sejuta alasan untuk menganggapmu tetap wangi bila engkau adalah politisi. Kalau oleh sebuah konstalasi, engkau terpaksa mendekam di penjara, percayalah: namamu tercoreng sebentar saja. Bangsa ini diajarkan untuk mudah melupakan kesalahan dan mengingat secara permanen seluruh kebaikan.


Syahid Widi Nugroho